Selasa, 15 Februari 2011

BIOGRAFI ABAH FAQIH

K. H. Abu Bakar Faqih (lahir di Ciamis, tahun 1880 dan meninggal tahun 1989) yang terlahir dengan nama Abdus Salam adalah seorang wakil mursyid tarekat Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah di daerah Jawa Barat. Beliau terkenal dengan julukan Macan Suryalaya seorang waliyulloh berpangkat "Imaman" (wakil) dari Syekh Mursyid Ghaosul Adzhom Abah Sepuh dan Syekh Mursyid Ghaosul Adzhom Abah Anom.

Asal usul

Abu Bakar Faqih dilahirkan di kampung Sukapulang, desa Kerta Raharja, kabupaten Ciamis, Jawa Barat sekitar tahun 1880 M. Nama lahir Abu Bakar Faqih adalah Abdul Salam. Orang tuanya bernama RA Raksadinata dan Khodijah. RA. Raksadinata masih keturunan keluarga besar kerajaan Panjalu di Jawa Barat. Abdul Salam lahir dari keluarga cukup terpandang dan disegani warga sekitar. Dia mempunyai saudara kandung, yaitu Kaip, Sanuhri, dan Uha (adik perempuannya). Uha menikah dengan seorang pria, adik dari Abah Sepuh yang bernama Nur Hammad, diantara saudara-saudaranya, Abdul Salam adalah anak yang cerdas dan pintar. Di kemudian hari, Abdul Salam dikenal dengan sebutan Abu Bakar Faqih, Aki Ami, Mama Kiai Faqih atau Abah Faqih.
RA. Raksadinata yang akrab dipanggil Eyang Raksa memiliki beberapa sanak saudara dan kerabat yang tersebar dibeberapa daerah. Adalah KH. Abdullah Mubarrok (Abah Sepuh) kerabat terdekat yang pernah berminat mengasuh putranya untuk dijadikan sebagai anak angkat. Dengan senang hati, eyang Raksa menyambut baik keinginan KH. Abdullah Mubarrok. Salah satu keturunan yang diinginkan oleh kerabatnya yaitu Abdul Salam, ketika itu masih sangat belia berusia 5 tahun. Selain karena percaya kepada kerabatnya, Eyang Raksa juga teringat akan ucapan seseorang yang pernah datang untuk bersilahturahmi ke rumahnya. Orang tersebut memberitahukan sesuatu kepadanya bahwa kelak, anaknya (Abdul Salam) akan menjadi seorang pembesar atau seorang ulama yang disegani dan dibutuhkan ilmu dan doanya oleh banyak orang. Karena itu Eyang raksa dengan Ikhlas menyerahkan anak lelakinya kepada Abah Sepuh dengan iringan doa semoga nanti putranya menjadi anak yang soleh, berbakti kepada kedua orang tua, bertaqwa kepada Allah SWT, serta berguna bagi masyarakat, agama, bangsa dan negara. Amin.

[sunting]Pendidikan

[sunting]Belajar agama Islam

Untuk bekal hidupnya kelak dan juga membantu perjuangan ayah angkatnya, Faqih muda menimba berbagai ilmu agama. Syekh Abdullah Mubarrok bin Nur Muhammad (Abah Sepuh) sendiri yang menjadi guru pembimbing Abah Faqih. Ia belajar membaca dan mendalami Al Quran, belajar salat, belajar puji-pujian (solawat), juga belajar dasar-dasar ilmu keagamaan, seperti Ushuludin dan ilmu Fiqih. Ia menekuni setiap pelajaran ilmu keagamaan dengan sungguh-sungguh. Dengan kepintaran dan kecerdasan yang dimiliki, ia dapat memahami dan menguasai semua pelajaran yang disampaikan gurunya. Karena kecerdasan dan kepintarannya pula, nama kecilnya yang dahulu bernama Abdul Salam diganti menjadi Abdullah Faqih.

[sunting]Mempelajari tarekat

Selain belajar berbagai dasar ilmu keagamaan, faqih juga belajar dzikir mendalami ilmu Tarekat dari ayah angkatnya sekaligus menjadi guru mursyidnya. Bahkan karena kekaguman Abah Sepuh terhadap dirinya, namanya yang dahulu bernama Abdullah Faqih diganti menjadi Abu Bakar Faqih. Hal ini disebabkan ayah angkatnya memuji sesuatu yang terhujam teguh/dzikir khofi yang kuat di dalam hati Abu Bakar Faqih.
Abu Bakar Faqih sejak muda telah dikaruniai kasyaf dan kelebihan lain berkat amalannya yang istiqamah. Berbagai ajaran yang disampaikan dari ayah angkatnya seperti dzikrullah, khotaman, dan hidmat manaqib dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Kelak setelah dewasa iapun pernah mendapat kesempatan dari Abah Sepuh melaksanakan latihan-latihan ruhani (Riyadhoh Khusus) seperti: mengurangi tidur, mandi dini hari (mandi kemanusiaan, Syahadat Jati dll), kemalaikatan, amalan hizib terutama doa Saefi Hijbul Yaman, puasa-puasa sunah termasuk puasa kifarat, Insan Kamil, sangga Bumi, dan sebagainya. Ia juga giat mengerjakan salat-salat sunat, berziarah ke makam para wali, berkholwat dan sebagainya. Mengenai pelaksanaan latihan ruhani (riyadhoh) bertujuan untuk melunakkan hati, sehat, tentram. Mensucikan hati sehingga dapat mendekati diri pada Sang Maha Pencipta. Banyak orang beranggapan bahwa kegiatan latihan ruhani yang ia kerjakan adalah bid’ah. Sebenarnya riyadhoh yang beliau kerjakan atas arahan dan bimbingan ayahnya dapat disejajarkan dengan olahraga.

[sunting]Menjadi mursyid

Menurut KH. Aang Muhaeminul Aziz (sahabat dan wakil Abah Anom) bahwasanya “Aki Faqih merupakan pengasuh Abah Anom, terutama pengasuh dalam pengamalan tarekat”. Dan di dalam sejarah kehidupannya ia telah menorehkan tinta emas sebagai ulama spiritual diangkat Abah Sepuh sebagai salah satu guru mursyid TQN yang ikut berpartisipasi mendirikan Patapan Suryalaya tahun 1905, untuk mengamankan, melestarikan, menyebarluaskan TQN. Anugrah yang diterima oleh Abu Bakar Faqih tidaklah berbeda dengan Baba Farid al-Din Ganj-i Syakr, seorang ahli hikmah dan syaikh sufi.

[sunting]Pewaris

Di tahun 1980an, karena usianya sudah lebih dari 100 tahun ditambah kondisi fisik yang tidak memungkinkan untuk sering berpergian, beliau menunjuk putranya yang bernama Dudung meneruskan perjuangannya menyebarkan agama Islam bernuansakan tasawuf di bawah panji pondok pesantren Suryalaya, sebagaimana perkataan dari syekh mursyid Abah Anom pada tahun 1960, beliau mengatakan bahwa:”Dudung kelak sebagai pengganti ayahnya di sini”. Ketika reputasinya berkembang di tahun 1990an, H. Dudung dan keturunannya diterpa “iklan gratis nan jitu”, gosip berupa hinaan maupun fitnahan. Siapakah sebenarnya H. Dudung? Dan mengapa dikalangan ahli dzikir sampai hati menghujat, dan memfitnahnya? Memang, suka duka yang dialami Macan Suryalaya beserta keturunannya merupakan romantika perjalanan hidup yang menarik untuk di simak, sehingga yang asalnya samar menjadi jelas, yang asalnya tidak faham menjadi faham. Jika kita mampu menyikapinya dengan mata hati, bukan nafsu dan akal saja, maka insya Allah kita bisa menemukan hikmah dan dapat mengambil manfaatnya. Dan semoga Allah swt membuka pintu hati kita untuk memahami segala kehendak dan takdir-Nya.

1 komentar:

  1. SIARAN TV AL AQSA BAYI BARU LAHIR BICARA MENGABARKAN TELAH DEKAT TURUNNYA DAJJAL, IMAM MAHDI & NABI ISA ALMASIH PUTRA MARYAM KE DUNIA HANCURNYA YA'JUJ MA'JUJ

    No. 1708 | FEBRUARY 6, 2008

    Palestinian Cleric Issa Badwan: The Mahdi Was Born in Palestine Four Years...... Ago; Muslim Conquest of Rome Is Imminent

    Following are excerpts from an interview with Palestinian cleric Issa Badwan, which aired on Al-Aqsa TV on February 6, 2008.

    Issa Badwan: Someone who is well known and whom I trust - there is no need to mention his name - told me that four years ago, when he was driving his car, he saw an old woman, who stopped him and asked him to take her to hospital, so she could pick up her daughter, who had just given birth. He did her a favor and took her there, and waited for an hour at the entrance. The woman came out, with her daughter and grandson, and when they got into the car, the baby started talking, and said: "Peace and Allah's mercy upon you." They greeted him back.

    Interviewer: The newborn baby?

    Issa Badwan: Yes, the baby. The baby said... This is what the man told me, and we reported this to Sheik Nizar and to the Islamic Scholars Association... The newborn baby said: "I am the man who will be killed [sic] by the Antichrist, who will not rule over anyone again." According to the Prophet's hadith, this man [the Mahdi] would be 18-20 years old. These are good tidings.

    Of course, the coming of the Antichrist will be preceded by the conquests of Rome in Italy, and Constantinople, like the Prophet told us. These places will be conquered only by the righteous Mahdi. The Mahdi is from Palestine, as conveyed by Mu'adh bin Jabal, Sa'd bin Abi Waqqas, and Abdullah bin Mas'ud, who were all great imams and scholars.

    Interviewer: Is anyone following what�s going on with this child?

    Issa Badwan: Yes, now his identity is known, and the brothers follow and take good care of him. I would like to convey to the people, as well as to the scholars, that these are times of victory, with the grace of Allah, that the promised Mahdi lives among us, that the people of Palestine will be the standard bearers, who will carry this religion forth and spread its guidance and light.

    people, as well as to the scholars, that these are times of victory, with the grace of Allah, that the promised Mahdi lives among us, that the people of Palestine will be the standard bearers, who will carry this religion forth and spread its guidance and light.


    http://www.imranhosein.org/

    http://www.youtube.com/watch?v=vjSrvYKdk3Y&feature=youtu.be

    BalasHapus